Kulalui langit tujuh bertingkat
Tapi…
Tak pernah kugantungkan asa kecuali peluh yang mengena
Dalam kerimbunan…
Kulalui atap langit dengan kepakan sayap rajawali
Aku terkulai
Tak kudapatkan rona merah wajah langit yang menawan
Atau biru cerah yang memikat kalbu
Kuterkulai dalam lelah
Tak pernah kusuah wajah langit
Suatu ketika kulalui tingkat pertama
Kutemukan wajah langit bumi andalas
Ia lelap hilang karena terpaut kasta yang berbeda
Ia terlalu borju untukku…
Pada tingkatan kedua…
Kutemukan lagi wajah langit
Tapi ia hanya fatamorgana gelap dalam sesat
Karena ternyata ia tak pernah ada dihatiku
Pada tingkatan ketiga
Kulihat sinar rona wajah langit
Tapi …
Ia bukan apa-apa
Ia hanya harapan yang berputar menghibur diri
Tapi tak pernah pedulikan ku
Yang meratap lelah lalu tersungkur
Ku kecewa
Pada tingkatan langit keempat
Kutemukan lembut merona bak sutra yang mewangi
Dialah langit cintaku
Tapi kesabaran hati yang menggugur layu
Cerita langit hanya sebatas lalu
Ditingkat kelima
Kutatap anggun setia wajah langit
Halus pengertian seakan berkata
Berlalulah …
Ketika kutahu
Aku bukan apa apa…
Pada tingkatan keenam
Kutemukan Semu wajah langit meyakinkanku
Tapi
Ia pun bukan apa apa
Ketika kutatap bening air mata mengalir
Ia masih sempatkan haturkan senyum
Kulepaskan ia
Karena ku tahu
Perjalananku masih jauh
Sampai akhir kepakanku di penghujung Langit ke tujuh
Ku tahu
Ia adalah akhir perjuanganku
Lelah bersama kutanggung
Duka lara menjadi hiburan
Tapi
Ia pun akhirnya lenyap
Ketika kutambatkan hasrat dengan kepolosan
Dan kedunguan serta ketidak mampuanku
Betapa diriku tak punya apa apa
Hanya sayap renta yang ku punya
Ia pun akhirnya lenyap
Bersama awan dan halu biru langit kelam
Ia tak pernah peduli
Tinggalkan aku dalam kepongahan
Ia buta…
Ia resah…
Ia hanya pedulikan kebahagiaan sendiri
Kubenci dia karena cinta
Ku muak dia dalam kasih sayang
Akhirnya kulepas derita langit
Kutak ingin lagi
Temukan prahara langit
Atau tatap wajah langit
Biarkan kulalui derita bumi
Bersama impian dan hayalan
Hingga kuterjaga
Beriring hangat mentari pagi mengingatkan
"bangunlah…perjalananmu masih panjang…
Teruslah melangkah…
Ketahuilah …
Aku masih ada untukmu…
Selalu…."
Terima kasih mentari pagiku…
Kini kusadar…
Engkaulah pemberi semangat hidupku selamanya.
Nur Rohim Yunus
No comments:
Post a Comment