Saat ku ikrar kata sakral pengikat cinta
Dihadapan ribuan mata menatap
Sembari tetes keringat merembes basahi jas hitamku
Ku ucapkan kata lantang
Dengan lisan tak bertulang
Melepas batas penghalang
Antara yang haram menjadi kehalalan
Ku ikrarkan janji setia
Tuk menjadi imam sejati
Membimbing sang MENTARI PAGI
Menjadi bidadari penerang hati
Dulu...
Kuhanya seonggok jasad lajang
Yang belum temukan teman bersenda
Yang hanya katutkan raga pada kepentingan diri semata
Tak pedulikan
Ada jiwa lain hasratkan cinta bersua
Dengannya kutemukan bahagia
Dengannya kudapatkan realita
Dengannya kutersenyum sumringah
Mengapa...
Tak ku akhiri lajangku dari dulu
Sehingga ku tak terlalu lama membisu
Bersama buaian sepi membeku
Remukkan tulang-tulang rapuh nan layu
Ku sadar...
Waktu sedikit demi sedikit berlalu
Sembari gerogoti jatah usia hidupku
Hilang... tanpa teman sejati tulang rusukku
Duh sungguh malangnya mereka
Para lajang yang belum menemukan kesadaran diri
Sebagai pemuda yang selalu di nanti
Oleh belahan jiwa yang meratap dan merintih
Harapkan pertemuan di atas pelaminan suci
BOGOR, 18 Juli 2008
Spesial sang MENTARI PAGI
Dan para sahabat yang masih belum temukan tulang rusuk yang hilang.