Saturday, July 4, 2009

NYANYIAN MALLARANGENG

Terdengar nyanyian sang pembela
diatas tanah moyang terlupa
gerogoti darah dan raga saudara
demi puaskan hasrat berharta

Kau gadaikan sejarah termasyhur
tentang kekarnya ayam jago dari timur
sultan hasanuddin yang tak pernah mundur
walau darah bersimbah berakhir gugur

Kau lupakan kedikdayaan anak negeri
demi menangkan seorang yang kau anggap tuan sejati
padahal harga dirimu tak lagi terpantri
saat terlupa negeri punya mimpi

Nyanyianmu kawan...
"Maradeka to ugi'e, ademi ri popuang,
orang Bugis merdeka, hanya adat yang dipertuan
Hanya hukum, prinsip, dan nilai yang dipertuan.
Bukan kekuasaan, bukan orang per orang.

Nyanyianmu kawan...
buat amarah saudara tertinggal di kampung seberang
amuk merona warnai merah muka tersarang
hancurkan ambisimu rajutkan seteru terkembang

Inilah nyanyian Mallarangeng
tersiar merdu di tengah kampanye mencekam
haturkan keluh kesah yang tak boleh terulang
semoga cuma mimpi buruk terlarang...

Negeri Ali Jinah, 02 Juli 2009

Friday, July 3, 2009

KEMANDIRIAN BANGSA



Di Negeri ini...
sejuta mimpi belum menjadi pasti...
saat sejuta kaki tak lagi mampu berdiri...
karena para pemimpin terlalu banyak bernyanyi...
sehingga tak mampu sadarkan diri...
bila anak negeri mampu mandiri....

Di suatu hari...
tanggal delapan juli...
semua jemari mencontreng pasti...
memilih capres bervisi penuh arti...
KEMANDIRIAN BANGSA adalah harga mati....


Thursday, June 25, 2009

PERUBAHAN YANG SEJATI

Semilir angin mendesir...
menggoyang nyiur di tanah pesisir..
menepis kabut putih di atas pasir...
menghela lembut harapkan jiwa menyingkir...

ku baca sekelumit puisi pujangga...
yang bercerita tentang haru biru pesona dunia...
memaksa jiwa tuk meronta raga...
lewat senandung kata-kata..

Ia bertutur sapa dalam hayalan...
ia berteriak dalam ilusi diam...
ia bernyanyi tanpa lirik bersemayam...
ia marah dalam tawa dan senyuman...

Aku tak mampu berujar kawanku...
tapi ku punya persepsi yg sama...
dari analogi alam yg kau cipta dengan kata..
lewat mata pena mengalirkan tinta
lahirkan aksara penuh makna

Memang...
ku selalu bertanya arti kata perubahan...
tapi ku tak pernah menghindar dari arti lain...
tentang kesejatian...
ya kesejatian...
kesejatian dari hakikat perubahan itu sendiri...

Seperti disana...
Langit biru beranjak merah...
beriring bias cahaya termakan malam...
hitam kelam menghias mayapada...
lalu gelap kerontang mata seakan buta...

Di situ ketemukan perubahan sejati...
tak pernah jauh, ia ada dikanan kiri...
tidak hanya disini...
tapi juga di sana sini...
Di sudut tapal batas kota...
terlihat tangan lemah menengadah...
harapkan belas asih kepada Penguasa..
Tuhan...
beri kami...
perubahan yang sejati...

Negeri Ali Jinah, 25 Juli 2009
Refleksi puisi sahabat Himawan.

Wednesday, June 24, 2009

ISTIRAHATLAH PRESIDENKU

Presidenku...
2004 yang lalu
kau terpilih menjadi pemimpinku

aku bangga padamu

aku bercita karenamu

walau ribuan bencana alam datang menggodamu
tapi semangatmu tak pernah rapuh
kau kurangi jatah tidurmu
tuk kau santunkan kepada jutaan rakyatmu


Tapi...
kau terlalu lama berpikir pemimpinku
ragumu mengalahkan semangatmu

saat ratusan rumah tenggelam di makan lumpur lapindo

kau masih menghitung-hitung sapa yang bersalah
saat gelombang tsunami kecil di situ gintung menghantam

kau masih datang berkunjung kesiangan
saat pulau ambalat terancam tetangga

kau masih mondar mandir berpikir tuk berdiplomasi
padahal sipadan dan ligitan tak terselesaikan oleh rundingan

waktu telah menjerat leher rakyatmu....
waktu telah bersemayam dalam ragumu...
waktu telah bersembunyi dalam memorimu...
waktu butuh gerak cepat tenagamu...

Pertiwi menangis pilu...

tanah bergetar gaduh...
gunung menggelegar luruh...
air laut bergejolak lebih sebahu...
sedang rakyat merintih mengaduh-aduh...


mengapa...
itu karenamu...
itu tanggungjawabmu...

presiden pilihanku...
kutahu...
kau telah lelah...
setelah 5 tahun berkuasa...

kini masanya tiba...
kau perlu istirahat sudah....


Negeri Ali Jinnah,
23 Juni 2009




Tuesday, June 23, 2009

LAPINDO OH LAPINDO


Inilah kisah ibu tua

yang membawa tikar anyaman

hanya untuk menyaksikan

derita lama tanah harapan


peluh meleleh basahi wajah rentamu

melihat pilunya rumah tersapu

ditelan lumpur lapindo berdebu

di sudut matamu menatap layu


menangis dikau

ditemani ribuan rakyat jelata

menderita bencana tak kunjung usai

berharap ilusi obralan pemimpin sial


ku lihat...

Tetes air mata mu

menjadi saksi bisu

tentang prahara di negeri pemimpin dungu...

21 Juni 2009


MATA PENA


Realita dunia berkata garang.
Bercerita ttg onak duri perjuangan.
walau angin panas bertiup kencang.
tapi tak pernah menyurutkan langkah kaki tertantang.

Biarkan pundawa berseleroh menertawakan.
sedang kepak sayap besi bima tetap melaju terbang.
Membawa iring-iringan cita-cita pejuang.
Walau hanya tertoreh di atas MATA PENA diary kehidupan.





Monday, June 22, 2009

CAHAYA MENTARI PAGI


Saat lelah raga berselimut debu.

Ku masih termangu resah di pinggir TOL itu.

Terlihat syahdu kelam Bulan Sabit dan Kejora menemaniku.

Beriring mega warna-warni datang berganti biru.

Semua seakan turut berkata tanpa ragu:


"Sabar sabarlah jiwa,

raga yg lelah kan menjadi sirna,

bila cahaya mentari pagi telah tersuah".



Friday, June 19, 2009

LANGKAH


Resah jiwa meradang...
saat perjalanan yang panjang
tak juga mau usai...

Menyibak rimba belantara
temukan jasad kerontang berpeluh darah

mengibas timbunan daun kering bercampur tanah

Seberangi samudra luas
menatap nelayan tua termangu diatas sampan
mengail hingga tak ingat waktu senja

Mendaki gunung
Jelang sapa petani tua
mengayun cangkul membelah sawah

Lalu kita...
mengapa masih resah...
bila memang MATA PENA adalah sejarah...
mari lalui dengan langkah...


Negeri Ali Jinah
Islamabad, 19 Juni 2009






LELAP BAYI PALESTINA

Terlelap engkau...
dalam selimut kafan putih membalut ragamu...

senyum simpul di wajah polosmu...
tak mampu gambarkan kepedihan bundamu...

Karena kecongkakan manusia...

kau tak sempat nikmati dunia....

karena kebuasan angkara murka...

kau tak sempat mengabdikan jiwa dan raga...


Tapi dalam lelap panjangmu...

kan kau temukan indahnya pesona syahdu

dalam buaian mimpi-mimpi tak semu...

kau lihat mereka para penjajah berhati kaku

pudar tersapu bersama kaki-kaki rapuh...


Negeri Ali Jinah
18 Juni 2009



BOCAH PALESTINA

Tangan mungil terkepal lemah...
Berteriak-teriak dalam bising deru tank-tank penjajah...
Menghalau mereka yang berjasad manusia...
Melumat habis rumah bangsa palestina...

Kau berdiri tegak...
diatas puing2 batu rumahmu...
menatap nanar menusuk kalbu
kobarkan api jihad hancurkan para musuh

Anakku...
kutahu amarahmu...
ku bahkan tahu gejolak darah mendidih dalam kepala lembutmu...
mereka para penjajah berjasad manusia...
memang tak layak untuk hidup di dunia...

Negeri Ali Jinnah
17 Juni 2009


MENGENANG ULAMA

Terkenang perjuangan para ulama.
Berjuang tuk tegakkan kebenaran Agama.
Walau harus lalui hidup dalam penjara bawah tanah.
Berselimut dingin, berteman sepi lagi sunyi.

Para ulama....
Tak pernah kau pedulikan.
Darah mengalir basah warnai pengabdian.
Asal mampu goreskan MATA PENA senyum puas dapat kau sunggingkan.
Tuk terus menorehkan gagasan.
Hingga terukir sejarah kemuliaan.

Negeri Ali Jinah, 18 Juni 2009

Thursday, June 18, 2009

PETANI DI NEGERI SENDIRI


Saat pagi menjelang...
kau berangkat pergi ke ladang...
tak pedulikan kantuk datang menghadang...
kabut putih tetap kau terjang...

duhai...
kau petani harapan negeri...
tak pernah kau harap balasan pamrih...
atas semua pengabdianmu selama ini...
padahal tanpa baktimu yang sejati...
kan banyak rakyat negeri
kan tergelimpang dgn perut nan perih...

Islamabad, 16 Juni 2009


Tuesday, March 3, 2009

Surat dari Sobat Nur Julizar

Sobatku yang tak terlupakan
tak terkira senangnya hati ini
Melihat seringaimu di blogmu ini

Sudah sekian tahun waktu kulalui
Sudah sekian teman yang kutanyai
Hanya untuk mengetahui
Di bumi mana engkau menghuni

Terakhir kubertemu teman kita yang pernah studi di Pakistan Andi Iswandi
Bahwa kau telah menyunting seorang putri
yang ternyata anak seorang dosen yang kuhormati
ketika aku menjadi mahasiswa UIN Jakarta

Bahkan istri yang sangat engkau banggakan itu
tidak lain dan tidak bukan sepupu teman dekatku
saat aku masih di UIN
dan bukan kebetulan pula ia alumni mantingan pula

Sahabat...
tahukan engkau siapakah aku...?
aku yakin kau masih belum mengenaliku lagi
tapi baiknya ku kan berikan kisi-kisiku
tuk menyegarkan kembali ingatan masa lalumu
ketika masih digontor itu
khususnya saat masa pengabdian tahun pertama di negeri dengok
kau menjadi partner setiaku
dalam membina dan mendidik tunas-tunas konsul bersama Palembang Bengkulu
dan partner kreatifku
dalam mengibarkan bendera panthorbiza
gugus depan nomor satu kebanggaan kita saat itu

Sobat...
masih ingatkah engkau masa masa itu?
Aku masih berharap kau masih menyimpan kenangan itu
dalam memorimu yang mulai menua itu

harapku...
kau masih mengingat aku dan nama sederhanaku
sehingga layak tuk duduk dibarisan terdepan
dari daftar sahabatmu...

salam panthorbiza ye ye ye...





Friday, February 27, 2009

Gejolak Gaza


Api membara membahana di bumi Gaza
Membakar jiwa patriot kawula muda
Sebarkan hawa jihad hancurkan penjajah
Hentakkan kaki-kaki baja
hantamkan ke wajah wajah
mereka bangsa tak bermuka

Lihatlah...
Tangis anak kehilangan bunda
Tangis bunda kehilangan atap rumah
Sedang kita
Tak berkedip menahan raungan marah

Kemana lagi jasad dibawa
Bila sesat ada di depan mata

Kemana lagi jiwa nestapa dapat bersua cita
Sedang kemurkaan masih bergejolak di mayapada

Islamabad, 27 Februari 2009

Wednesday, February 25, 2009

WARNA ALAM

Kita boleh tertawa
Dengan irama canda warna-warni alam
Yang mampu gelitik jiwa terpukau renyah
Tetapi kita tak boleh pernah pungkiri
Semua noktah dari langkah hidup adalah nyata
Berbingkai mega dari prahara kehidupan

Jangan pernah pungkiri kawan

Dendang anak jalanan dipinggir jalan
Telah mampu merobek hati dalam perih
Menangis kita dalam sepi

Jangan pernah hindari teman…

Cerita pengalaman hidup
Mampu memberi nuansa silam
Sebagai bukti
Kitapun aktor dari sutradara alam

Kita memang manusia lemah

Tapi akal kitalah yang mampu bertanya
Untuk apa semua skenario ini direkayasa
Untuk sejarahkah?
Untuk biografi sematakah?
Atau hanya sekedar basa basi tak bernyawa?
Kita semua tak tahu….

yang tahu....

hanya DIA yang KUASA



Islamabad, 24 Februari 2009

Thursday, February 19, 2009

MARI TATAP DUNIA

Dulu…
Kutinggalkan bundamu melepas diriku
Bersama derai tangis basahi hati peluh
Tersedu-sedu luapkan rasa tercabik sembilu

Sedang aku
Tak tahu lagi kemana langkah harus terhenti
Hanya doa tinggalkan harap bersuah bahagia
Terpaku jiwa teronggok disudut batas kota

Sekarang…
Kau telah tatap dunia
Sedang bundamu tersenyum riang jumawa
Untaian kasih sayang tercurah jua
Sebagai luapan suara hati nan cita

Suatu saat kelak….
Kau tegap berdiri menatap
Songsong warna warni jagad
Berlari tanpa henti
Hingga kaki singgahi bukit tertinggi

Ananda…
Mari tatap dunia
Jangan kau biarkan duka lama bunda
Goreskan lara bakar kayu api merona

Kita adalah kita
Tak perlu resah atau gelisah
Biarkan mereka tertawa
Asal kita masih tahu hakikat cinta
Ternyata ia milik sang Maha Pengasih jua

Sedang kita
Bukan apa-apa


Royun_elpa@yahoo.co.id
Islamabad, 11 Februari 2009