Saat ku ikrar kata sakral pengikat cinta
Dihadapan ribuan mata menatap
Sembari tetes keringat merembes basahi jas hitamku
Ku ucapkan kata lantang
Dengan lisan tak bertulang
Melepas batas penghalang
Antara yang haram menjadi kehalalan
Ku ikrarkan janji setia
Tuk menjadi imam sejati
Membimbing sang MENTARI PAGI
Menjadi bidadari penerang hati
Dulu...
Kuhanya seonggok jasad lajang
Yang belum temukan teman bersenda
Yang hanya katutkan raga pada kepentingan diri semata
Tak pedulikan
Ada jiwa lain hasratkan cinta bersua
Dengannya kutemukan bahagia
Dengannya kudapatkan realita
Dengannya kutersenyum sumringah
Mengapa...
Tak ku akhiri lajangku dari dulu
Sehingga ku tak terlalu lama membisu
Bersama buaian sepi membeku
Remukkan tulang-tulang rapuh nan layu
Ku sadar...
Waktu sedikit demi sedikit berlalu
Sembari gerogoti jatah usia hidupku
Hilang... tanpa teman sejati tulang rusukku
Duh sungguh malangnya mereka
Para lajang yang belum menemukan kesadaran diri
Sebagai pemuda yang selalu di nanti
Oleh belahan jiwa yang meratap dan merintih
Harapkan pertemuan di atas pelaminan suci
BOGOR, 18 Juli 2008
Spesial sang MENTARI PAGI
Dan para sahabat yang masih belum temukan tulang rusuk yang hilang.
Assalamu'alaikum....
ReplyDeleteSobat ku yang tak terlupakan
Tak terkira senangnya hati ini melihat seringaimu diblog mu ini.
Sudah sekian tahun waktu kulalui
Sudah sekian teman yang kutanyai
Hanya untuk mengetahui dibumi mana kau menghuni. Terakhir aku bertemu teman kita yang pernah studi di Pakistan Andi Iswandi, bahwa kau telah beristri, yang ternyata sang putri yang kau sunting ternyata anak kesayangan dosen yang kuhormati ketika aku jadi mahasiswa di UIN Jakarta, bahkan ternyata istri yang sangat kau banggakan itu tidak lain dan tidak bukan adalah sepupu teman dekatku ketika aku masih di UIN dan bukan kebetulan dia juga alumni Gontor Putri. Sahabat tahukah kau siapakah aku?
Aku yakin kau belum tahu mengetahui aku. tapi baiklah aku akan memberikan kisi-kisi untuk menyegarkan kembali ingatan masa lalumu ketika masih di Gontor, khususnya ketika masa pengabdian tahun pertama di Dengok. Ketika itu kau adalah partnerku dalam membina dan mendidik tunas-tunas konsul bersama (Bengkulu & Palembang), dan partnerku juga dalam mengibarkan bendera Panthorbiza di bumi Dengok.
Sobat, masih ingatkah kau masa-masa itu? Aku berharap kau masih menyimpan kenangan itu didalam memorimu yang mulai menua itu. Dan aku labih berharap lagi kau masih mangingat aku dan namaku sehingga layak untuk duduk dibarisan terdepan dari daftar sahabatmu...
Latansa...